Senin, 06 Februari 2012

Manajemen Waktu


by Rezarion Ardiansyah on Thursday, 8 September 2011 at 23:08


Assalamu’alaykum Wr. Wb.

Dalam Islam, seorang muslim diajarkan untuk dapat mengoptimalkan waktu dengan bijaksana. Allah SWT telah menciptakan siang untuk bekerja dan malam untuk tidur (istirahat), sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya. Hal tersebut difirmankan Allah dalam QS. Ar-Ruum ayat 23. Namun seringkali manusia melakukan kegiatan yang berlawanan, seperti bekerja di malam hari dan tidur di siang hari. Betapapun ingin menggunakan waktu semaksimal mungkin, manusia tidak boleh melupakan kemampuan, tenaga dan waktu yang dimilikinya karena tubuh memerlukan proses untuk memulihkan keseimbangan alami dalam sistem saraf, menguatkan kembali fungsi tubuh, serta menjaga stabilitas mental dan emosional.

Pentingnya manajemen waktu istirahat di malam hari sebenarnya dapat ditelaah berdasarkan ayat-ayat Allah dalam Al-Qur’an dan tuntunan Rasulullah SAW yang diketahui paling sempurna dan sangat bermanfaat bagi tubuh. Hal tersebut dapat dijelaskan dari sisi medis bahwa tidur yang berkualitas di malam hari merupakan upaya optimalisasi dalam detoksifikasi tubuh untuk menetralisir toksin yang mengontaminasi.

Allah SWT menciptakan siang dan malam untuk kepentingan manusia. Siang mencari nafkah atau bekerja, malam istirahat, karena tubuh kita pun punya hak istirahat. Itu sunnatullah. “Sesungguhnya tubuhmu punya hak atas dirimu. Kedua matamu memiliki hak atas dirimu,” sabda Nabi Saw (HR. Bukhari dan Muslim).

Lalu, ibadah? Bagi Muslim, seluruh aktivitas adalah ibadah. Hayatuna kulluha ‘ibadah. Selama aktivitas itu ditujukan untuk mencari keridhoan-Nya, melaksanakan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.

“Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan” (QS.An-Naba’:11).

“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS. Al-Qashash:73).

“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan…” (QS. Al-An’aam:60).

“Allah-lah yang menjadikan malam untuk kamu supaya kamu beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang benderang…”(QS. Al Mu’min:61)

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.” (QS. Ar-Ruum:23)

“Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan malam supaya mereka beristirahat padanya dan siang yang menerangi? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (QS. An-Naml:86).

“Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar.” (QS. Yunus:67).


Kerja Malam
Lalu, bagaimana yang harus kerja malam dan istirahatnya justru siang hari? Mencermati ayat-ayat di atas, jelas kerja malam menyalahi sunnatullah atau hukum alam (natural law). Namun, jika memang keadaan memaksa demikian (darurat), tentu Islam memberikan toleransi alias boleh.
Hanya saja, ada risiko sebagai konsekuensi “pelanggaran” atas hukum alam tersebut. Misalnya, sebuah riset ilmiah di Norwegia menyingkapkan, rutinitas kerja malam di kalangan wanita karier dapat menambah bahaya terserang kanker, khususnya kanker payudara.
Hampir 15% wanita yang terserang penyakit kanker payudara pernah bekerja pada jam-jam malam atau masa-masa pergantian antar siang dan malam.

Bekerja malam hari mengganggu kualitas tidur, juga mengurangi aktivitas sosial. Untuk mengurangi dampai negatif, para ahli menyarankan a.l. tetap pada jadwal (konsisten), istirahat cukup bahkan lebih banyak tidur siang hari, bekerja dengan cahaya terang, dan jangan langsung tidur sepulang kerja, tapi lakukan beberapa aktivitas rumah hingga tubuh telah siap untuk mulai tidur. Wallahu a’lam.

KESIMPULAN

  • Bekerja dalam hal ini bisa diartikan juga kita beraktivitas, seperti Kuliah misalnya. 
  •  Jadi Kuliah sampe malam, ngerjaen tugas sampe malam, sampe-sampe gak tidur.. itu jangan dijadikan kebiasaan dan kewajaran, sampai bilang “itulah hidup”. Seperti kata Temen ane, malah hal itu dianggap sebagai kebiasaan. Oke.. kalo misal dia Mahasiswa Teknik, banyak tugas, tapi bukan jadi alasan hal itu untuk dijadikan kebiasaan. Sesekali sih boleh, tapi jangan terus-terusan juga kali. Wallahu a’lam Bishawab 
  •  Selain bertentangan dengan Alqur’an dan Al-Hadits, jika ditinjau dari Segi Medis hal itu jg buruk. 
  • Buat masukan aja, kalo ada temen yang ngasih tau jangan bilang" bicara mudah..teori, pratiknya yg susah” apalagi sampai bilang yg ngasih tau “yg konsisten donk”. Lebih baek kita menghargai, toh sarannya juga gak buruk, dikerjakan akan jadi lebih baek. Coba kita bayangkan jika semua Ustadz bila ceramah dibilang cuman teori, praktiknya susah. Itu bagaimana coba???
  • Maaf jika dalam tulisan ini ada pihak yg tersinggung, bukan bermaksud apa-apa, tapi saia pribadi hanya ingin membuat hidup teman-teman saia menjadi teratur, dan semoga bisa menjadi orang yg sukses dan sesuai Rosulullah..Amin
  • Referensi Artikel dpt dilihat di :   http://www.alislam.org/indonesia/pustaka/articles/tidur_sehat.html   dan   http://niesbudh.multiply.com/journal/item/36

Wassalamu’alaykum Wr.Wb.



0 komentar:

Posting Komentar

Blogger yg baik selalu meninggalkan jejak..
Komentar maksudnya -___-