Kamis, 23 Agustus 2012

Puasa Syawal Yuk, 6 Hari doank kog ^^


Assalamu'alaykum Wr.Wb;

♥ Bismillaahir Rahmaanir Rahiim ♥

Berikut ini adalah 5 Faedah indah Puasa Syawal  ringkasan dari tulisan Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel muslim.or.id maka dengarkanlah dan ambillah faidahnya.

Faedah pertama : Puasa syawal akan menggenapkan ganjaran berpuasa setahun penuh.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” [HR. Muslim no. 1164, dari Abu Ayyub Al Anshori]

Para ulama mengatakan bahwa berpuasa seperti setahun penuh asalnya karena setiap kebaikan semisal dengan sepuluh kebaikanyang semisal. Bulan Ramadhan (puasa sebulan penuh, -pen) sama dengan (berpuasa) selama sepuluh bulan (30 x 10 = 300 hari = 10 bulan) dan puasa enam hari di bulan Syawal sama dengan (berpuasa) selama dua bulan (6 x 10 = 60 hari = 2 bulan). [Syarh Muslim, 4/186, Mawqi’ Al Islam, Asy Syamilah.]

Jadi seolah-olah jika seseorang melaksanakan puasa Syawal dan sebelumnya berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan, maka dia seperti melaksanakan puasa setahun penuh. Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihiwa sallam,

“Barangsiapa berpuasa enam hari setelah Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. [Barangsiapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal] [HR. Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban, ].”

Satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan semisal dan inilah balasan kebaikan yang paling minimal.[Lihat Fathul Qodir , Asy Syaukani, 3/6, Mawqi’ At Tafaasir , Asy Syamilah dan Taisir Al Karimir Rahman, ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, hal. 282, Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, 1420 H.] Inilah nikmat yang luar biasa yang Allah berikan pada umat Islam.

Faedah kedua : Puasa syawal seperti halnya shalat sunnah rawatib yang dapat menutup kekurangan dan menyempurnakan ibadah wajib.

Faedah ketiga : Melakukan puasa syawal merupakan tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan.

Faedah keempat : Melaksanakan puasa syawal adalah sebagai bentuk syukur pada Allah.

Faedah kelima : Melaksanakan puasa syawal menandakan bahwa ibadahnya kontinu dan bukan musiman saja.

---oOo---

Cara melaksanakan puasa Syawal adalah:
  1. Puasanya dilakukan selama enam hari.
  2. Lebih utama dilaksanakan sehari setelah Idul Fithri, namun tidak mengapa jika diakhirkan asalkan masih di bulan Syawal.
  3. Lebih utama dilakukan secara berurutan namun tidak mengapa jika dilakukan tidak berurutan.
  4. Usahakan untuk menunaikan qodho’ puasa terlebih dahulu agar mendapatkan ganjaran puasa setahun penuh. Dan ingatlah puasa Syawal adalah puasa sunnah sedangkan qodho’ Ramadhan adalah wajib. Sudah semestinya ibadah wajib lebih didahulukan daripada yang sunnah.

Semoga dengan ringkasan yg sedikit ini dapat mendorong kita melakukan puasa enam hari di bulan Syawal, semoga amalan kita diterima dan bermanfaat pada hari yang tidak bermanfaat harta dan anak kecuali yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.

Semoga Allah menjadikan kita insan yang istiqomah dalam menjalankan ibadah selepas bulan Ramadhan.. Amiin

Sumber : STA FB

Wassalamu'alaykum Wr. Wb.



Sabtu, 18 Agustus 2012

Hikmah Zakat Fitrah


Assalamu'alaykum Wr.Wb;

♥ Bismillaahir Rahmaanir Rahiim ♥

Hikmah Keutamaan Zakat Fitrah Ada beberapa hal yang berkenaan dengan waktu membayar zakat fitrah. Waktu utama dalam melaksanakan serta membayar zakat fitrah ini yaitu pada saat mulai terbenamnya matahari pada saat malam Iedul Fitri sampai dengan sebelum ditunaikannya shalat Ied. Utamanya juga pada waktu antara shalat fajar pada hari Ied sampai sebelum shalat Ied. Dan bila kita akan membayar sebelum itu pun dalam artian beberapa hari sebelum hari raya juga diperbolehkan serta tidak dilarang.

Kewajiban membayar zakat fitrah telah diungkapkan kewajibannya menurut hadist dari Ibnu Umar radliyallah 'anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mewajibkan zakat fitrah sebesar satu sha' kurma atau satu sha' gandum atas orang merdeka dan budak, laki-laki dan perempuan, besar maupun kecil dari kaum muslimin. Dan beliau memerintahkan agar dikeluarkan sebelum orang-orang keluar menunaikan shalat ('Iedul Fitri)." (HR. Bukhari dan Muslim). Tadi adalah hadist kewajiban membayar zakat fitrah bagi kita umat Islam.

Tentunya bila Allah Ta'ala memberikan syariat ada hikmah serta keutamaan dari syariat tersebut. Termasuk juga dalam hal hikmah zakat ini. Ada beberapa hikmah keutamaan zakat fitrah bagi kita yang menjalankannya. Salah satu hikmah zakat fitrah adalah bahwasannya zakat fitrah adalah untuk mensucikan diri. Allah Ta'ala berfirman :"“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri." (QS. Al-A’la : 14) dan semoga dengan zakat fitrah yang kita tunanikan nanti dan sekarang akan benar-benar mensucikan kita aamiin.

Ada juga beberapa keutamaan zakat fitrah ini. Berikut ini adalah beberapa keutamaan Zakat fitrah yaitu diantaranya yaitu :

1] Menyempurnakan keislaman seorang hamba. Zakat merupakan bagian dari rukun Islam yang lima. Apabila seseorang melakukannya, maka keislamannya akan menjadi sempurna. Hal ini tidak diragukan lagi merupakan suatu tujuan atau hikmah yang amat agung dan setiap muslim pasti selalu berusaha agar keislamannya menjadi sempurna.

2] Menunjukkan benarnya iman seseorang. Sesungguhnya harta adalah sesuatu yang sangat dicintai oleh jiwa. Sesuatu yang dicintai itu tidaklah dikeluarkan kecuali dengan mengharap balasan yang semisal atau bahkan lebih dari yang dikeluarkan. Oleh karena itu, zakat disebut juga shodaqoh (yang berasal dari kata shidiq yang berarti benar atau jujur) karena zakat akan menunjukkan benarnya iman muzakki (orang yang mengeluarkan zakat) yang mengharapkan ridha Allah dengan zakatnya tersebut.

3] Membuat keimanan seseorang menjadi sempurna. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45). Wahai saudaraku, sebagaimana engkau mencintai jika ada saudaramu meringankan kesusahanmu, begitu juga seharusnya engkau suka untuk meringankan kesusahan saudaramu. Maka pemberian seperti ini merupakan tanda kesempurnaan iman Anda.

4] Sebab masuk surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya di surga terdapat kamar yang luarnya dapat terlihat dari dalamnya dan dalamnya dapat terlihat dari luarnya.” Kemudian ada seorang badui berdiri lantas bertanya, “Kepada siapa (kamar tersebut) wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Bagi orang yang berkata baik, memberi makan (di antaranya lewat zakat, pen), rajin berpuasa, shalat karena Allah di malam hari di saat manusia sedang terlelap tidur.” (HR. Tirmidzi no. 1984. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Setiap kita tentu saja ingin masuk surga.

5] Menjadikan masyarakat Islam seperti keluarga besar (satu kesatuan). Karena dengan zakat, berarti yang kaya menolong yang miskin dan orang yang berkecukupan akan menolong orang yang kesulitan. Akhirnya setiap orang merasa seperti satu saudara. Allah Ta’ala berfirman, “Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.” (QS. Al Qoshosh: 77).

Sumber :: TamanHati.Com

Wassalamu'alaykum Wr.Wb.


Selasa, 07 Agustus 2012

Tips Selama Bulan Ramadhan


Assalamu'alaykum Wr.Wb;

Ramadhan Marhaban Ya Ramadhan, setahun telah berlalu dan kini dengan segala puji bagi Allah SWT kita telah dipertemukan lagi dengan bulan yang penuh rahmat, berkah dan ampunan. Ramadhan bulan yang berladang pahala yang di dalamnya terdapat Lailatul Qadar, dengan kewajiban kita menjalankan ibadah di dalamnya sehingga tidak boleh menjadikan bermalas-malasan karena menahan hawa nafsu, menahan lapar dan haus, sehingga merasa kurang bersemangat dalam kegiatan sehari-hari, tetapi tetaplah untuk konsisten seperti biasanya.

Berikut ini beberapa Tips Bulan Ramadhan yang semoga bisa menjadikan kita istiqomah dalam mengisi kegiatan sehari-hari di bulan Ramadhan 1433 H.

Waktu Sahur
1. Sahur menjelang sholat shubuh. Usahakan sebelumnya tilawah Qur'an
2. Sepuluh menit sebelum adzan bersiap-siap menghentikan makan

Menjelang Shubuh
3. Fokuskan diri untuk mempersiapkan shalat Shubuh

Setelah Shubuh
4. Hirup udara pagi dan syukuri nikmatnya
5. Luangkan waktu untuk mendengar ceramah
6. Olah raga sedikit dengan meremaskan jari atau memutar pundak
7. Jangan tidur lagi
8. Tadarus Al Qur'an
9. Siap menunaikan tugas harian dalam keadaan fresh

Selama perjalanan dan di tempat kerja
10. Baca basmalah
11. Bersedekah dengan senyuman pada teman
12. Jangan lepaskan hati dari dzikrullah, karena itu akan menentramkan hati kita
13. Azamkan dengan kuat bahwa pekerjaan yang dilakukan adalah jihad fisabilillah
14. Jaga lisan, telinga dan mata dengan memfungsikannya pada hal-hal yang mendapat ridlo Allah.
15. Ajak beberapa sahabat untuk menjadi pengingat ketika kita lupa
16. Apabila emosi tidak terkendali, segera berwudhu dan perbanyak tadarus
17. Selalu ingat bahwa bulan Ramadhan bukan bulan malas-malasan.

Saat Buka Puasa
18. Segeralah berbuka bila telah tiba waktunya
19. Sempurnakan kewajiban berbuka dengan Shalat Magrib berjamaah
20. Setelah sholat Isya’ dan Tarawih, sempatkan untuk Tadarus Al Qur'an

Menjelang Tidur
21. Usahakan tidur paling malam jam 23.00
22. Tidur dengan adab yang benar

Bersikap Efektif dan Effisien
23. Minta tolonglah dengan perkataan yang baik
24. Apabila Anda hendak menyuruh orang lain, suruhlah dengan sewajarnya
25. Mudahkanlah pekerjaan orang lain
26. Buatlah orang merasa bergembira, niscaya Anda akan lebih kreatif
27. Jangan beri peluang bagi kegiatan yang tidak bermanfaat
28. Apabila emosi tidak terkendali, segera berwudhu dan perbanyak tadarus
29. Lakukanlah hal-hal sederhana yang bermanfaat
30. Perbanyak silaturahmi
31. Jangan terlalu mengingat amal baik Anda, tapi ingatlah amal baik orang lain.
32. Ingatlah hal buruk yang pernah kita perbuat, sehinnga kita menyesal
33. Syukuri apa yang telah diraih, walaupun sedikit

Semoga Ramadhan kali ini bisa Efektif & Efisien yah ^^

Wassalamu'alaykum Wr.Wb;


Rabu, 01 Agustus 2012

Do's & Don'ts Saat Sahur agar Puasa Tidak Lemas


Assalamu'alaykum Wr.Wb;

Ingin tetap segar dan kuat seharian selama menjalani puasa? Mulailah dengan makan sahur yang sehat dan bernutrisi baik.

1. Karbohidrat Kompleks
Karbohidrat kompleks energi levelnya stabil dan meningkatkan gula darah secara perlahan sehingga tubuh tidak kaget atau shock. Peningkatan gula darah yang perlahan, penurunannya juga perlahan sehingga tubuh tidak mudah lemas. Karbohidrat kompleks juga lebih lama dicerna tubuh sehingga membuat perut terasa kenyang lebih lama. Jenis karbohidrat ini bisa didapat dari nasi merah, oatmeal, sayuran dan umbi-umbian. Jadi sebagai makanan pokok, sebaiknya ganti nasi putih dengan nasi merah.

2. Protein Sehat
Anda bisa bebas memilih makanan yang diinginkan sebagai sumber protein seperti ayam, ikan, telur atau daging. Tapi perhatikan cara pengolahannya. dr. Phaidon mengingatkan, sebisa mungkin hindari makanan yang digoreng karena lemak dari minyak bisa membuat Anda mudah mengantuk. Masaklah makanan dengan cara direbus, kukus, pepes atau panggang.

3. Perbanyak Buah-buahan
Buah kaya vitamin dan mineral dan memiliki efek 'listrik' yang berfungsi mengubah cadangan makanan sebagai sumber energi serta membantu meningkatkan metabolisme tubuh. Disarankan untuk mengonsumsi tiga porsi buah seperti pisang, jeruk atau apel sebelum makan nasi.

"Tapi ingat untuk mengonsumsi buah lokal, karena buah impor sekarang ini ada yang mengandung formalin dan justru membahayakan tubuh," ujar penulis buku 'Fat Loss Not Weight Loss' ini.

4. Cukupi Asupan Air
Menurut dr. Phaidon, kunci utama agar tetap segar selama berpuasa adalah mencukupi asupan cairan tubuh. Air putih adalah pilihan yang baik, tapi Anda bisa mengombinasikannya dengan jus buah alami yang diblender.

5. Konsumsi Suplemen Makanan
Jika Anda memiliki dana lebih, disarankan untuk mengonsumsi suplemen makanan sebagai tambahan energi. Pilih suplemen yang lengkap kandungan vitamin, mineral dan omega-3 agar energi tetap terjaga hingga menjelang buka puasa.

6. Hindari Gula
Anda terbiasa meminum teh manis setelah sahur? Mulai sekarang, tinggalkan kebiasaan itu. Mengonsumsi gula hanya akan membuat tubuh cepat lemas. Gula memang bisa memberi tambahan energi dengan instan, tapi menurut dr. Phaidon, itu adalah energi palsu.

"Gula membuat kadar gula darah cepat naik, tapi cepat juga turunnya. Akibatnya tubuh jadi cepat lemas. Sebaiknya minum jus buah alami tanpa gula," tuturnya.

Semoga Bermanfaat ^^

Sumber : STA FB

Wassalamu'alaykmu Wr.Wb.


Selasa, 24 Juli 2012

Hal Penting dalam Menjalankan Puasa Ramadhan


Assalamu'alaykum Wb.Wb;

Syaikh Abdullah bin Jarillah menyebutkan beberapa hal yg seyogyanya diperhatikan oleh orang yg berpuasa.

1. Mengenal hukum-hukum puasa. Banyak kaum Muslimin yg memasuki bulan puasa ini tanpa bekal ilmu tentang puasa sama sekali. Celakanya, mereka juga tdk begitu merasa perlu utk belajar. Padahal Allah ta berfirman: “Bertanyalah kpd para ulama, kalau kamu sekalian tidak mengetahui.” (An-Nahl: 43)

2. Menyambut puasa dgn hura-hura, bukan dgn byk berdzikir, beristigfar & mensyukuri nikmat Allah. Klimaksnya, bulan yg penuh berkah ini tidaklah menggiring mereka utk semakin bertakwa; tapi sebaliknya, semakin terbuai seribu satu kemaksiatan.

3. Sebagian kaum Muslimin, memasuki bulan Ramadhan dgn gambaran lahir seperti orang-orang yg bertaubat. Mereka shalat, berpuasa & meninggalkan byk kemaksiatan yg 1biasa dilakukan. Namun seusai bulan puasa, mereka kembali menjadi pecinta kemaksiatan. Seolah- olah, mereka hanya mengenal Allah di bulan nan suci ini. Atau mungkin mereka hanya memandang ibadah di bulan ini sbg satu tradisi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yg beribadah hanya utk didengar orang, maka Allah pun akan memberi ganjaran dgn sekedar (ibadah itu) didengar orang. Barangsiapa yg beribadah utk sekedar dilihat orang, demikian juga Allah akan memberinya ganjaran.”

4. Sebagian di antara mereka menghindari diri dari berbagai pembatal puasa; seperti makan, minum, berjima’ & lain-lain. Tetapi mereka tdk berusaha menghindari hal-hal yg dpt membatalkan pahala puasa; seperti bebas melihat aurat wanita di jalan-jalan (bahkan terkadang menjadi kebiasaan sehabis shubuh & menjelang berbuka), atau di majalah-majalah, berghibah, mencaci-maki orang & lain sebagainya.

5. Suka berdusta. Ada sebagian kaum Muslimin yg menganggap ringan berkata dusta, termasuk di bulan suci Ramadhan, di kala berpuasa. Padahal Rasulullah pernah bersabda: “Barangsiapa yg tdk juga meninggalkan berkata-kata dusta dan

6. Masih juga melakukannya (di kala berpuasa), maka Allah tdk sedikitpun sudi menerima ibadah puasanya, meski ia meninggalkan makan & minum.”

7. Satu hal yg aneh, namun benar-benar sering terjadi; seseorang berpuasa, tapi tdk shalat. Atau terkadang ada yg rajin shalat, tapi selalu beralasan tdk kuat berpuasa. Padahal sungguh tdk ada manfaat orang itu berpuasa kalau dia tdk shalat. Karena shalat adl pilar dien/agama Islam.

8. Ada juga sebagian kaum elit di kalangam Muslimin yg sengaja bersafar terkadang keluar negeri agar mendapat keringanan utk tdk berpuasa. Padahal Allah Maha Mengetahui apa yg terbetik dalam hati hamba-Nya.

9. Ada juga sebagian kaum Muslimin yg beranggapan bahwa bulan Ramadhan ini cocok dijadikan waktu utk beristirahat, tidur-tiduran & bermalas-malasan di siang hari, lalu begadang di malam hari. Bahkan seringkali, begadang malam itu dibumbui dgn hal-hal yg dpt mengundang kemurkaan Allah. Dengan permainan, mengobrol kesana kemari, berghibah, bahkan -kadang terjadi- berjudi, wal ‘iyadzu billah.

10. Selain itu, ada juga kaum Muslimin yg menyambut bulan ini dgn dingin & tdk bergairah. Kalau sudah berlalu, ia akan kegirangan. Mereka beribadah & berpuasa, semata-mata mengikuti kebiasaan manusia di sekitarnya. Alangkah miripnya mereka dgn keadaan orang-orang munafik yg memang senang bermalas-malasan dalam ibadah. Allah as berfirman: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (berusaha) menipu Allah, tetapi Allah-lah yg akhirnya menipu mereka. Dan apabila mereka berdiri utk bershalat mereka berdiri dgn malas….” (An-Nisa: 142). Rasulullah juga bersabda, yg artinya: “Sesungguhnya shalat yg paling berat bagi orang-orang munafik adl shalat Isya & Shubuh.” (Hadis Riwayat: Al-Bukhari & Muslim).

11. Banyak di antara mereka yg begadang malam utk hal-hal yg tdk bermanfaat, sampai-sampai meninggalkan subuh berjama’ah. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak dibolehkah begadang itu melainkan bagi orang yg shalat (malam), atau musafir.”

12. Sebagian kaum Muslimin, ada yg berbuka puasa dgn mengkonsumsi sesuatu yg haram. Terkadang minuman keras, rokok (itu byk terjadi), serta makanan & minuman yg didapat & usaha yg haram. Selain itu, beliau juga menyebutkan beberapa hal lain yg layak diperhatikan. Dan juga masih byk lagi kejanggalan-kejanggalan yg dilakukan sebagian kaum Muslimin dalam melakukan ibadah puasa. Terkadang, bahkan merusak bingkai kerja dari puasa itu sendiri; yaitu menahan diri & makan & minum. Bentuknya? Dengan mengumbar nafsu makan & minum tatkala berbuka puasa. Ibnu Taimiyyah mengungkapkan penafsiran yg bagus tentang hadits nabi : “Sesungguhnya syetan itu mengalir dalam tubuh manusia mengikuti aliran darah.” Beliau berkata: “Orang yg puasa dilarang makan & minum karena keduanya adl sebab tubuh itu menjadi kuat. Dan makanan & minum itulah yg dpt menghasilkan byk darah, tempat di mina syetan ikut berjalan mengaliri tubuh manusia. Sesungguhnya darah yg di telusupi syetan itu memang berasal & makanan & minuman, bukan & suntikan atau faktor keturunan.”

Untuk itu marilah kita :
• Setting Niat
• Upgrade Iman
• Download sabar
• Delete Dosa
• Approve Maaf
• Search Pahala

 
Sumber : STA FB
 
Wassalamu'alaykum Wr.Wb.



Rabu, 18 Juli 2012

Penentuan Awal Puasa dan Idul Fitri --> Part 2


Assalamu'alaykum Wr.Wb;

1 Hisab

Hisab secara harfiah perhitungan. Dalam dunia Islam istilah hisab sering digunakan dalam ilmu falak (astronomi) untuk memperkirakan posisi matahari dan bulan terhadap bumi. Posisi matahari
menjadi penting karena menjadi patokan umat Islam dalam menentukan masuknya waktu salat. Sementara posisi bulan diperkirakan untuk mengetahui terjadinya hilal sebagai penanda masuknya periode bulan baru dalam kalender Hijriyah. Hal ini penting terutama untuk menentukan awal Ramadhan saat muslim mulai berpuasa, awal Syawal (Idul Fithri), serta awal Dzulhijjah saat jamaah haji wukuf di Arafah (9 Dzulhijjah) dan Idul Adha (10 Dzulhijjah).

Dalam Al-Qur’an surat Yunus (10) ayat 5 dikatakan bahwa Tuhan memang sengaja menjadikan matahari dan bulan sebagai alat menghitung tahun dan perhitungan lainnya. Juga dalam Surat Ar-Rahman (55) ayat 5 disebutkan bahwa matahari dan bulan beredar menurut perhitungan.

Karena ibadah-ibadah dalam Islam terkait langsung dengan posisi benda-benda langit (khususnya matahari dan bulan) maka sejak awal peradaban Islam menaruh perhatian besar terhadap astronomi. Astronom muslim ternama yang telah mengembangkan metode hisab modern adalah Al Biruni (973-1048 M), Ibnu Tariq, Al Khawarizmi, Al Batani, dan Habash.

Dewasa ini, metode hisab telah menggunakan komputer dengan tingkat presisi dan akurasi yang tinggi. Berbagai perangkat lunak (software) yang praktis juga telah ada. Hisab seringkali digunakan sebelum rukyat dilakukan. Salah satu hasil hisab adalah penentuan kapan ijtimak terjadi, yaitu saat matahari, bulan, dan bumi berada dalam posisi sebidang atau disebut pula konjungsi geosentris. Konjungsi geosentris terjadi pada saat matahari dan bulan berada di posisi bujur langit yang sama jika diamati dari bumi. Ijtimak terjadi 29,531 hari sekali, atau disebut pula satu periode sinodik.

2 Rukyat

Salah satu contoh hasil pengamatan kedudukan hilal

Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang pertama kali tampak setelah terjadinya ijtimak. Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop.

Aktivitas rukyat dilakukan pada saat menjelang terbenamnya matahari pertama kali setelah ijtimak (pada waktu ini, posisi Bulan berada di ufuk barat, dan Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari). Apabila hilal terlihat, maka pada petang (Maghrib) waktu setempat telah memasuki tanggal 1.

Namun demikian, tidak selamanya hilal dapat terlihat. Jika selang waktu antara ijtimak dengan terbenamnya matahari terlalu pendek, maka secara ilmiah/teori hilal mustahil terlihat, karena iluminasi cahaya Bulan masih terlalu suram dibandingkan dengan “cahaya langit” sekitarnya. Kriteria Danjon (1932, 1936) menyebutkan bahwa hilal dapat terlihat tanpa alat bantu jika minimal jarak sudut (arc of light) antara Bulan-Matahari sebesar 7 derajat.

Dewasa ini rukyat juga dilakukan dengan menggunakan peralatan canggih seperti teleskop yang dilengkapi CCD Imaging. namun tentunya perlu dilihat lagi bagaimana penerapan kedua ilmu tersebut.

3. Kriteria Penentuan Awal Bulan Kalender Hijriyah

Penentuan awal bulan menjadi sangat signifikan untuk bulan-bulan yang berkaitan dengan ibadah dalam agama Islam, seperti bulan Ramadhan (yakni umat Islam menjalankan puasa ramadan sebulan penuh), Syawal (yakni umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri), serta Dzulhijjah (dimana terdapat tanggal yang berkaitan dengan ibadah Haji dan Hari Raya Idul Adha).

Sebagian umat Islam berpendapat bahwa untuk menentukan awal bulan, adalah harus dengan benar-benar melakukan pengamatan hilal secara langsung. Sebagian yang lain berpendapat bahwa penentuan awal bulan cukup dengan melakukan hisab (perhitungan matematis/astronomis), tanpa harus benar-benar mengamati hilal. Keduanya mengklaim memiliki dasar yang kuat.

Berikut adalah beberapa kriteria yang digunakan sebagai penentuan awal bulan pada Kalender Hijriyah, khususnya di Indonesia :

1) Rukyatul Hilal

Rukyatul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah dengan merukyat (mengamati) hilal secara langsung. Apabila hilal (bulan sabit) tidak terlihat (atau gagal terlihat), maka bulan (kalender) berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari.

Kriteria ini berpegangan pada Hadits Nabi Muhammad:

Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika terhalang maka genapkanlah (istikmal)”.

Kriteria ini di Indonesia digunakan oleh Nahdlatul Ulama (NU), dengan dalih mencontoh sunnah Rasulullah dan para sahabatnya dan mengikut ijtihad para ulama empat mazhab. Bagaimanapun, hisab tetap digunakan, meskipun hanya sebagai alat bantu dan bukan sebagai penentu masuknya awal bulan Hijriyah.

2) Wujudul Hilal

Wujudul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah dengan menggunakan dua prinsip: Ijtimak (konjungsi) telah terjadi sebelum Matahari terbenam (ijtima’ qablal ghurub), dan Bulan terbenam setelah Matahari terbenam (moonset after sunset); maka pada petang hari tersebut dinyatakan sebagai awal bulan (kalender) Hijriyah, tanpa melihat berapapun sudut ketinggian (altitude) Bulan saat Matahari terbenam.

Kriteria ini di Indonesia digunakan oleh Muhammadiyah dan Persis dalam penentuan awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha untuk tahun-tahun yang akan datang. Akan tetapi mulai tahun 2000 PERSIS sudah tidak menggunakan kriteria wujudul-hilal lagi, tetapi menggunakan metode Imkanur-rukyat. Hisab Wujudul Hilal bukan untuk menentukan atau memperkirakan hilal mungkin dilihat atau tidak. Tetapi Hisab Wujudul Hilal dapat dijadikan dasar penetapan awal bulan Hijriyah sekaligus bulan (kalender) baru sudah masuk atau belum, dasar yang digunakan adalah perintah Al-Qur’an pada QS. Yunus: 5, QS. Al Isra’: 12, QS. Al An-am: 96, dan QS. Ar Rahman: 5, serta penafsiran astronomis atas QS. Yasin: 36-40.

3) Imkanur Rukyat MABIMS

Imkanur Rukyat adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah yang ditetapkan berdasarkan Musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), dan dipakai secara resmi untuk penentuan awal bulan Hijriyah pada Kalender Resmi Pemerintah, dengan prinsip:

Awal bulan (kalender) Hijriyah terjadi jika :

Pada saat matahari terbenam, ketinggian (altitude) Bulan di atas cakrawala minimum 2°, dan sudut elongasi (jarak lengkung) Bulan-Matahari minimum 3°, atau
Pada saat bulan terbenam, usia Bulan minimum 8 jam, dihitung sejak ijtimak.
Secara bahasa, Imkanur Rukyat adalah mempertimbangkan kemungkinan terlihatnya hilal. Secara praktis, Imkanur Rukyat dimaksudkan untuk menjembatani metode rukyat dan metode hisab.Terdapat 3 kemungkinan kondisi.

Ketinggian hilal kurang dari 0 derajat. Dipastikan hilal tidak dapat dilihat sehingga malam itu belum masuk bulan baru. Metode rukyat dan hisab sepakat dalam kondisi ini.
Ketinggian hilal lebih dari 2 derajat. Kemungkinan besar hilal dapat dilihat pada ketinggian ini. Pelaksanaan rukyat kemungkinan besar akan mengkonfirmasi terlihatnya hilal. Sehingga awal bulan baru telah masuk malam itu. Metode rukyat dan hisab sepakat dalam kondisi ini.
Ketinggian hilal antara 0 sampai 2 derajat. Kemungkinan besar hilal tidak dapat dilihat secara rukyat. Tetapi secara metode hisab hilal sudah di atas cakrawala. Jika ternyata hilal berhasil dilihat ketika rukyat maka awal bulan telah masuk malam itu. Metode rukyat dan hisab sepakat dalam kondisi ini. Tetapi jika rukyat tidak berhasil melihat hilal maka metode rukyat menggenapkan bulan menjadi 30 hari sehingga malam itu belum masuk awal bulan baru. Dalam kondisi ini rukyat dan hisab mengambil kesimpulan yang berbeda.
Meski demikian ada juga yang berpikir bahwa pada ketinggian kurang dari 2 derajat hilal tidak mungkin dapat dilihat. Sehingga dipastikan ada perbedaan penetapan awal bulan pada kondisi ini.Hal ini terjadi pada penetapan 1 Syawal 1432 H / 2011 M.

Di Indonesia, secara tradisi pada petang hari pertama sejak terjadinya ijtimak (yakni setiap tanggal 29 pada bulan berjalan), Pemerintah Republik Indonesia melalui Badan Hisab Rukyat (BHR) melakukan kegiatan rukyat (pengamatan visibilitas hilal), dan dilanjutkan dengan Sidang Itsbat, yang memutuskan apakah pada malam tersebut telah memasuki bulan (kalender) baru, atau menggenapkan bulan berjalan menjadi 30 hari. Prinsip Imkanur-Rukyat digunakan antara lain oleh Persis

Di samping metode Imkanur Rukyat di atas, juga terdapat kriteria lainnya yang serupa, dengan besaran sudut/angka minimum yang berbeda.

4) Rukyat Global

Rukyat Global adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah yang menganut prinsip bahwa: jika satu penduduk negeri melihat hilal, maka penduduk seluruh negeri berpuasa (dalam arti luas telah memasuki bulan Hijriyah yang baru) meski yang lain mungkin belum melihatnya.

4. Perbedaan Kriteria

Metode penentuan kriteria penentuan awal Bulan Kalender Hijriyah yang berbeda seringkali menyebabkan perbedaan penentuan awal bulan, yang berakibat adanya perbedaan hari melaksanakan ibadah seperti puasa Ramadhan atau Hari Raya Idul Fitri.

Di Indonesia, perbedaan tersebut pernah terjadi beberapa kali. Pada tahun 1992 (1412 H), ada yang berhari raya Jumat (3 April) mengikuti Arab Saudi, yang Sabtu (4 April) sesuai hasil rukyat NU, dan ada pula yang Minggu (5 April) mendasarkan pada Imkanur Rukyat. Penetapan awal Syawal juga pernah mengalami perbedaan pendapat pada tahun 1993 dan 1994.Pada tahun 2011 juga terjadi perbedaan yang menarik. Dalam kalender resmi Indonesia sudah tercetak bahwa awal Syawal adalah 30 Agustus 2011. Tetapi sidang isbat memutuskan awal Syawal berubah menjadi 31 Agustus 2011. Sementara itu, Muhammadiyah tetap pada pendirian semula awal Syawal jatuh pada 30 Agustus 2011. Namun demikian, Pemerintah Indonesia mengkampanyekan bahwa perbedaan tersebut hendaknya tidak dijadikan persoalan, tergantung pada keyakinan dan kemantapan masing-masing, serta mengedepankan toleransi terhadap suatu perbedaan.

Hanya segitu yg dpt di share..
Kurang lebihnya mohon maaf dan terimakasih.

Sumber : STA FB

Wassalamu'alaykum Wr.Wb.



Selasa, 17 Juli 2012

Penentuan Awal Puasa dan Idul Fitri --> Part 1


Assalamu'alaykum Wr.Wb;

Awal puasa ditentukan dengan tiga cara:
1. Ru’yah hilal (melihat bulan sabit pertama).
2. Persaksian atau kabar tentang ru’yah hilal.
3. Menyempurnakan bilangan hari bulan Sya’ban.

Tiga hal ini diambil dari hadits-hadits dibawah ini:

1. Hadits dari Abi Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal bulan Ramadhan) dan berbukalah karena melihatnya (hilal bulan Syawal). Jika (penglihatan) kalian terhalang awan, maka sempurnakanlah Sya’ban tiga puluh hari.” (HSR. Bukhari 4/106, dan Muslim 1081)

2. Hadits dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian mendahului bulan Ramadhan dengan puasa satu atau dua hari kecuali seseorang diantara kalian yang biasa berpuasa (sunnat) pada waktu itu. Dan janganlah kalian berbuka sampai melihatnya (hilal Syawal). Jika ia (hilal) terhalang awan, maka sempurnakanlah bilangan tiga puluh hari kemudian berbukalah (Iedul Fithri) dan satu bulan itu 29 hari.” (HR. Abu Dawud 2327, An-Nasa’I 1/302, At-Tirmidzi 1/133, Al-Hakim 1/425, dan di-Shahih-kan sanadnya oleh Al-Hakim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi)

3. Hadits dari ‘Adi bin Hatim radhiallahu ‘anhu: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila datang bulan Ramadhan, maka berpuasalah 30 hari kecuali sebelum itu kalian melihat hilal.” (HR. At-Thahawi dalam Musykilul Atsar 105, Ahmad 4/377, Ath-Thabrani dalam Al-Kabir 17/171 dan lain-lain)

4. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Puasalah karena melihatnya (hilal) dan berbukalah karena melihatnya. Jika awan menghalangi kalian sempurnakanlah tiga puluh hari. Jika dua orang saksi mempersaksikan (mengaku melihat hilal) maka berpuasalah dan berbukalah kalian karenanya.” (HR. An-Nasa’I 4/132, Ahmad 4/321, Ad-Daruquthni, 2/167, dari Abdurrahman bin Zaid bin Al-Khattab dari sahabat-sahabat Rasulullah, sanadnya Hasan. Demikian keterangan Syaikh Salim Al-Hilali serta Syaikh Ali Hasan. Lihat Shifatus Shaum Nabi, hal. 29)

Hadits-hadits semisal itu diantaranya dari Aisyah, Ibnu Umar, Thalhah bin Ali, Jabir bin Abdillah, Hudzaifah dan lain-lain radliallahu ‘anhum. Syaikh Al-Albani membawakan riwayat-riwayat mereka serta takhrij-nya dalam Irwa’ul Ghalil hadits ke 109.

Isi dan makna hadits-hadits diatas menunjukkan bahwa awal bulan puasa dan Iedul Fithri ditetapkan dengan tiga perkara diatas. Tentang persaksian atau kabar dari seseorang berdalil dengan hadits yang keempat dengan syarat pembawa berita adalah orang Islam yang adil (dapat dipercaya karena kelurusan perilakunya dan pengetahuannya), sebagaimana tertera dalam riwayat Ahmad dan Daraquthni. Sama saja saksinya dua orang atau satu orang, sebagaimana telah dinyatakan oleh Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma ketika beliau berkata: “Manusia sedang melihat-lihat (munculnya) hilal. Aku beritahukan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa aku melihatnya. Maka beliau berpuasa dan memerintahkan manusia untuk berpuasa.” (HR. Abu Dawud 2342, Ad-Darimi 2/4, Ibnu Hibban 871, Al-Hakim 1/423 dan Al-Baihaqi, sanadnya Shahih sebagaimana diterangkan oleh Al-Hafidh Ibnu Hajar dalam At-Talkhisul Kabir 2/187)

Perbedaan Mathla’ (Tempat Muncul Hilal)

Hadits-hadits diatas menerangkan dengan jelas bahwa dalam mengetahui masuk dan berakhirnya bulan puasa adalah dengan ru’yah hilal (melihat bulan sabit pertama), bukan dengan hisab (perhitungan kalender). Dan konteks kalimatnya kepada semua kaum muslimin (di seluruh kawasan dan negeri) bukan hanya kepada satu negeri atau kampung tertentu.

Maka, bagaimana cara mengkompromikan hadits-hadits diatas dengan hadits Kuraib atau hadits Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhum yang berbunyi: “Kuraib mengabarkan bahwa Ummu Fadhl bintul Harits mengutusnya kepada Muawiyyah di Syam. Kuraib berkata: "Aku sampai di Syam kemudian aku memenuhi keperluannya dan diumumkan tentang hilal Ramadhan, sedangkan aku masih berada di Syam. Kami melihat hilal pada malam Jum’at. Kemudian aku tiba di Madinah pada akhir bulan. Maka Ibnu Abbas bertanya kepadaku kemudian dia sebutkan tentang hilal : "Kapan kamu melihat Hilal?" Akupun menjawab: "Aku melihatnya pada malam Jum’at." Beliau bertanya lagi: "Engkau melihatnya pada malam Jum’at?" Aku menjawab: "Ya, orang-orang melihatnya dan merekapun berpuasa, begitu pula Muawiyyah." Dia berkata: "Kami melihatnya pada malam Sabtu, kami akan berpuasa menyempurnakan tiga puluh hari atau kami melihatnya (hilal)." Aku bertanya: "Tidakkah cukup bagimu ru'yah dan puasa Muawiyyah?" Beliau menjawab: "Tidak! Begitulah Rasulullah memerintahkan kami.” (HR. Muslim 1087, At-Tirmidzi 647 dan Abu Dawud 1021. Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi di-Shahih-kan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi 1/213)

Dalam hadits Kuraib diatas dan hadits-hadits sebelumnya para ulama berselisih pendapat. Perselisihan ini disebutkan dalam Fathul Bari Juz. 4 hal. 147. Ibnu Hajar berkata: Para Ulama berbeda pendapat tentang hal ini atas beberapa pendapat :

Pendapat Pertama:

Setiap negeri mempunyai ru’yah atau mathla’. Dalilnya dengan hadits Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma dalam Shahih Muslim. Ibnul Mundzir menceritakan hal ini dari Ikrimah, Al-Qasim Salim dan Ishak, At-Tirmidzi mengatakan bahwa keterangan dari ahli ilmu dan tidak menyatakan hal ini kecuali beliau. Al-Mawardi menyatakan bahwa pendapat ini adalah salah satu pendapat madzab Syafi’i.

Pendapat Kedua:

Apabila suatu negeri melihat hilal, maka seluruh negeri harus mengikutinya. Pendapat ini masyhur dari kalangan madzhab Malikiyah. Tetapi Ibnu Abdil Barr mengatakan bahwa ijma’ telah menyelisihinya. Beliau mengatakan bahwa para ulama sepakat bahwa ru’yah tidak sama pada negara yang berjauhan seperti antara Khurasan (negara di Rusia) dan Andalus (negeri Spanyol).

Al-Qurthubi berkata bahwa para syaikh mereka telah menyatakan bahwa apabila hilal tampak terang disuatu tempat kemudian diberitakan kepada yang lain dengan persaksian dua orang, maka hal itu mengharuskan mereka semua berpuasa

Sebagian pengikut madzhab Syafi’i berpendapat bahwa apabila negeri-negeri berdekatan, maka hukumnya satu dan jika berjauhan ada dua: 1. Tidak wajib mengikuti, menurut kebanyakan mereka. 2. Wajib mengikuti. Hal ini dipilih oleh Abu Thayib dan sekelompok ulama. Hal ini dikisahkan oleh Al-Baghawi dari Syafi’i.

Sedangkan dalam menentukan jarak (jauh) ada beberapa pendapat :

Dengan perbedaan mathla’.
Ini ditegaskan oleh ulama Iraq dan dibenarkan oleh An-Nawawi dalam Ar-Raudlah dan Syarhul Muhadzab.
Dengan jarak meng-qashar shalat. Hal ini ditegaskan Imam Al-Baghawi dan dibenarkan oleh Ar-Rafi’i dalam Ash-Shaghir dan An-Nawawi dalam Syarhul Muslim.

Dengan perbedaan iklim.
Pendapat As-Sarkhasi: “Keharusan ru’yah bagi setiap negeri yang tidak samar atas mereka hilal.”
Pendapat Ibnul Majisyun: “Tidak harus berpuasa karena persaksian orang lain...” Berdalil dengan wajibnya puasa dan beriedul fithri bagi orang yang melihat hilal sendiri walaupun orang lain tidak berpuasa dengan beritanya.

Imam Syaukani menambahkan: “Tidak harus sama jika berbeda dua arah, yakni tinggi dan rendah yang menyebabkan salah satunya mudah melihat hilal dan yang lain sulit atau bagi setiap negeri mempunyai iklim. Hal ini diceritakan oleh Al-Mahdi dalam Al-Bahr dari Imam Yahya dan Hadawiyah.”

Hujjah ucapan-ucapan diatas adalah hadits Kuraib dan segi pengambilan dalil adalah perbuatan Ibnu Abbas bahwa beliau tidak beramal (berpuasa) dengan ru’yah penduduk Syam dan beliau berkata pada akhir hadits : “Demikian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruh kami.” Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma menghapal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa penduduk suatu negeri tidak harus beramal dengan ru’yah negeri lain. Demikian pendalilan mereka.

Adapun menurut jumhur ulama adalah tidak adanya perbedaan mathla’ (tempat munculnya hilal). Oleh karena itu kapan saja penduduk suatu negeri melihat hilal, maka wajib atas seluruh negeri berpuasa karena sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ”Puasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah karena melihatnya.” Ucapan ini umum mencakup seluruh ummat manusia. Jadi siapa saja dari mereka melihat hilal dimanapun tempatnya, maka ru’yah itu berlaku bagi mereka semuanya.” (Fiqhus Sunah 1/368)

As-Shan’ani rahimahullah berkata, “Makna ucapan “karena melihatnya” yaitu apabila ru’yah didapati diantara kalian. Hal ini menunjukkan bahwa ru’yah pada suatu negeri adalah ru’yah bagi semua penduduk negeri dan hukumnya wajib.” (Subulus Salam 2/310)

Imam As-Syaukani membantah pendapat-pendapat yang menyatakan bahwasanya ru’yah hilal berkaitan dengan jarak, iklim dan negeri dalam kitabnya Nailul Authar 4/195.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa berkata: “Orang-orang yang menyatakan bahwa ru’yah tidak digunakan bagi semuanya (negeri-negeri) seperti kebanyakan pengikut-pengikut madzhab Syafi’i, diantaranya mereka ada yang membatasi dengan jarak qashar shalat, ada yang membatasi dengan perbedaan mathla’ seperti Hijaz dengan Syam, Iraq dengan Khurasan, kedua-duanya lemah (dha’if) karena jarak qashar shalat tidak berkaitan dengan hilal...."

Apabila seseorang menyaksikan pada malam ke 30 bulan Sya’ban di suatu tempat, dekat maupun jauh, maka wajib puasa. Demikian juga kalau menyaksikan hilal pada waktu siang menjelang maghrib maka harus imsak (berpuasa) untuk waktu yang tersisa, sama saja baik satu iklim atau banyak iklim.” (Majmu’ Fatawa Juz 25 hal 104-105)

Shidiq Hasan Khan berkata: “Apabila penduduk suatu negeri melihat hilal, maka seluruh negeri harus mengikutinya. Hal itu dari segi pengambilan dalil hadits-hadits yang jelas mengenai puasa, yaitu “karena melihat hilal dan berbuka (iedul fithri) karena hilal” (Hadits Abu Hurairah dan lain-lain). Hadits-hadits tersebut berlaku untuk semua ummat, maka barangsiapa diantara mereka melihat hilal dimana saja tempatnya, jadilah ru’yah itu untuk semuanya ...” (Ar-Raudhah An-Nadiyah 1/146).

to be continued..

Wassalamu'alaykum Wr.Wb.



Sabtu, 07 Juli 2012

Kiamat Internet 9 Juli 2012?


Sejumlah media mengabarkan kehebohan ‘mati’nya worldwideweb pada tanggal 9 Juli 2012 (2 hari lagi dari tulisan ini dibuat). Seperti apa? Bisakah dihindari?

Malware berupa virus DNSChanger dikabarkan pernah menyerang ratusan ribu komputer tahun lalu. Serangan ini menyebar dan berhasil mengeksekusi jutaan komputer. Beberapa pakar kemanan komputer telah memenangkan gugatan tentang akses pengendalian infrastruktur yang dikelola para hacker penyebar serangan ini, namun kemenangan mereka tidak difollow-up dengan mematikan infrastruktur menjelang kiamat internet 9 Juli 2012. Sekitar Maret 2012 FBI mengantungi izin dari pengadilan untuk membiarkan server membersihkan DNS mereka sendiri. Solusi ini bersifat sementara karena mengizinkan korban untuk membersihkan DNS mereka dan mengembalikan ke pengaturan normal DNS. Tapi hanya sampai 9 Juli 2012, komputer yang masih terinfeksi DNSChanger tetap akan menerima kiamat Internet.
Itulah gambaran singkat yang terjadi sebenarnya.

DNS (Domain Name Server) membantu manusia menerjemahkan deretan bilangan pada IP address ke dalam suatu alamat internet yang mudah dikenali manusia.
Contoh: kita dengan mudah mengetikkan www.google.com pada address bar daripada harus mengetik alamat IP http://74.125.224.72/ . Walaupun keduanya merujuk ke alamat yang sama, yakni halaman depan Google. Di sinilah fungsi DNS, mengalamatkan antara IP address dengan alamat web.

Sebuah program merugikan (malware) yang dibuat para hacker telah mengacaukan sistem pengalamatan ini. Sehingga apa yang kita ketik di internet akan berbeda dengan apa yang kita tuju. Bayangkan jika kita tidak memiliki akses yang kita inginkan di internet. Internet tetap ada, tapi tidak dapat diakses. Ibarat anda ingin pergi berangkat ke kampus, namun mata anda ditutup orang lain dan disesatkan. Kampus anda tetap ada, tapi anda tidak akan pernah sampai ke sana. Inilah yang disebut ‘kiamat internet’.

Pakar Internet Onno W. Purbo mengungkapkan virus DNSChanger hanya akan menyerang komputer (client) dengan sistem operasi Windows, bukan server atau Linux. Untuk mendeteksinya anda dapat mengunjungi situs http://www.dns-ok.us/. Jika status menandakan hijau, maka komputer aman.

Cara lain untuk mendeteksi apakah komputer anda cukup aman adalah menyalin DNS dari yang komputer anda gunakan.
Buka command prompt, tampilan layar hitam seperti DOS. Klik start, ketikkan cmd, lalu [ENTER]. Setelah muncul command prompt berupa layar hitam, ketikkan
ipconfig /allcompartments /all
lalu tekan [ENTER]. Sejumlah baris akan muncul. Cari bagian DNS server.
Salin barisan bilangan yang ada pada DNS Server tersebut, formatnya xxx.xxx.xx.xxx. Caranya klik kanan, pilih Mark, lalu pilih barisan angka-angka tadi, untuk menyalinnya cuku tekan [ENTER]. Tempelkan angka-angka DNS Server tadi ke https://forms.fbi.gov/check-to-see-if-your-computer-is-using-rogue-DNS. Jika muncul tulisan ”Your IP is not configured to use the rogue DNS servers.”, maka komputer anda dapat dinyatakan aman.

Cara paling sederhana adalah kunjungi www.google.com, Google sudah memiliki aplikasi buatan mereka yang dapat mendeteksi apakah komputer anda cukup aman dari serangan virus DNSChanger ini. Jika tampilan Google pada komputer anda biasa saja, berarti malam ini anda aman. Tapi jika terdapat peringatan, maka anda pulang malam ini … *kriuk #IndonesianIdol
Tetap update antivirus anda, pasang firewall, dan hindari mengklik link-link yang tidak jelas.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
Sumber:



Rabu, 04 Juli 2012

Hukum Malam Nisyfu Sya'ban


Assalamu'alaykum Wr.Wb;

" klo dijelaskan dlm buku sunnah & bid'ah tahunannya syaikh shalih munnajid, nishfu sya'ban trmsk bid'ah (ada skitar 6 hal pmbhasan ttg nisfu sya'ban). smua hadits tentangnya adl dhaif & bhkan ada yg maudhu' (palsu). "

Perayaan Nisfu Sya’ban

Oleh : Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Segala puji bagi Allah yang telah menyempurnakan agama ini bagi kita, dan telah menyempurnakan nikmat-Nya untuk kita. Shalawat serta salam semoga tercurah pada nabi dan r
asul kita, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah berfirman: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu” (QS. Al Maidah: 3)

Allah juga berfirman: “Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. Asy Syura: 21)

Dalam shahih Bukhari dan Muslim, dari Aisyah rha., dari Rasulullah, beliau bersabda: “Barang siapa yang mengada-adakan suatu perkara dalam urusan (agama) kami, yang tidak ada contohnya dari kami, maka amalannya tertolak”

Dan dalam shahih Muslim dari Jabir ra, bahwasanya Rasulullah bersabda pada khutbah Jum’at: “Amma ba’du, sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk nabi Muhammad n dan sejelek-jelek perkara adalah perkara yang diada-adakan, dan setiap perkara yang diada-adakan adalah sesat”

Dan masih banyak lagi ayat dan hadits yang semakna dalam masalah ini.

Dalil-dalil diatas menunjukkan dengan sangat gamblang bahwasanya Allah telah menyempurnakan agama dan nikmat-Nya bagi umat ini, dan Dia tidak mewafatkan nabi Muhammad melainkan setelah tersampainya agama ini secara keseluruhan dan telah menjelaskan segala yang Allah syari’atkan baik berupa perkataan maupun perbuatan kepada umat ini. Rasulullah telah menjelaskan bahwa setiap perkara baru yang diada-adakan baik berupa perkataan maupun perbuatan, dan disandarkan pada Islam, maka perkara tersebut tertolak, walaupun disertai dengan niat yang baik. Para shahabat dan ulama sesudahnya pun mengetahui perkara ini. Mereka juga mengingkari bid’ah dan mengingatkan umat ini agar berhati-hati terhadap perkara tersebut, sebagaimana yang disebutkan oleh setiap penulis yang membahas keagungan sunnah dan pengingkaran terhadap bid’ah. Misalnya Ibn Waddhah, at-Thurthusy, Ibnu Syamah dan lainnya.

Diantara bid’ah yang kerap dilakukan di masyarakat adalah mengadakan perayaan malam Nisfu Sya’ban, serta mengkhususkan puasa pada hari tersebut. Sementara tidak ada satupun dalil dalam hal ini yang dapat dipertanggungjawabkan keshahihannya. Hadits-hadits yang menjelaskan keutamaan nisfu Sya’ban adalah hadits-hadits dhaif (lemah) yang tidak dapat dijadikan landasan dalam beramal. Begitu pula dalil-dalil tentang keutamaan shalat pada malam Nisfu Sya’ban adalah hadits-hadits palsu, sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama, yang insyaaLlah nanti akan dinukilkan beberapa perkataan mereka.

Pendapat ulama ahlu Syam (Syiria sekarang, -pent) yang juga disepakati jumhur ulama’, mengatakan bahwa melakukan perayaan Nisfu Sya’ban adalah bid’ah, dan hadits-hadits yang menjelaskan keutamaannya adalah dhaif (lemah), bahkan sebagiannya palsu. Diantaranya adalah al Hafidz ibnu Rajab dalam kitabnya Lathaiful Ma’arif. Hadits-hadits dhaif hanya boleh diamalkan dalam ibadah jika didukung dengan dalil shahih yang menguatkannya. Sementara tidak ada satupun dalil shahih tentang perayaan malam Nisfu Sya’ban, sehingga hadits-hadits lemah tersebut tidak bisa diamalkan.

Al Imam Abul Abbas Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah v telah menjelaskan sebuah kaidah yang agung, yang disepakati oleh para ulama bahwa merupakan kewajiban untuk mengembalikan setiap apa yang diperselisihkan manusia kepada kitabullah (Al-Quran) dan sunnah rasul-Nya (Hadits). Hukum apa saja yang dijelaskan pada keduanya atau salah satunya adalah merupakan ketentuan yang wajib diikuti, dan apa saja yang bertentangan dengan keduanya harus dibuang jauh-jauh, dan ibadah yang tidak ada penjelasannya dalam kitabullah ataupun sunnah Nabi-Nya termasuk perkara bid’ah yang tidak boleh diamalkan terlebih untuk didakwahkan dan diajarkan.

Sebagaimana firman Allah dalam surat Annisa ayat 59: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Allah juga berfirman: “Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah.” (QS.Asy Syuro: 10).

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu” (QS. Ali Imron: 31).

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. An Nisa: 65).

Masih banyak ayat-ayat yang semakna dalam hal ini. Ayat-ayat tersebut merupakan nash yang menjelaskan wajibnya mengembalikan setiap perkara yang diperselisihkan kepada Al-Qur’an dan sunnah nabi-Nya, serta ridha pada ketentuan hukum yang ditetapkan di dalam keduanya. Yang hal itu merupakan konsekuensi makna iman dan sebaik-baik bagi hamba, baik di dunia baik pula di akhirat. Makna " أحسن تأويلاً " dalam ayat diatas yaitu sebaik-baik akibat.

Dalam permasalahan ini, Al Hafidz Ibn Rajab berkata dalam kitabnya Lathaiful Ma’arif -: “Perayaan malam Nisfu Sya’ban berasal dari ahlu Syam, seperti Khalid Ibnu Ma’dan, Makhul, Luqman Bin ‘Amir, dan lainnya. Mereka mengagungkan hari tersebut dan bersungguh-sungguh dalam beribadah pada hari tersebut. Dari merekalah orang-orang mengambil keutamaan dan pengagungan malam Nisfu Sya’ban".

Ada pula yang mengatakan bahwa hal itu bersumber dari kisah-kisah Israiliyat. Banyak ulama’ Hijaz (Arab Saudi sekarang -pent) yang mengingkarinya, diantaranya adalah Atha’ dan Ibnu Abi Mulaikah. Abdurrahman bin Zaid bin Aslam menukil dari para fuqaha’ ahlul Madinah, yang merupakan perkataan para sahabat imam Malik dan selainnya bahwa mereka berkata: “semua itu adalah perkara bid’ah, tidak ada perkataan imam Ahmad dalam masalah malam Nisfu Sya’ban,...” sampai pada perkataan beliau “tidak ada satu dalil pun dari Rasulullah ataupun para shahabatnya untuk menghidupkan malam Nisfu Sya’ban”.

Ibnu Rajab menjelaskan bahwa Rasulullah dan para shahabatnya tidak menetapkan suatu ibadah apapun pada malam Nisfu Sya’ban.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan syari’at, yang tidak ada ketetapannya berdasarkan dalil syar’i, maka seorang muslim tidak boleh mengada-adakannya, baik hal itu dikerjakan sendiri ataupun berjama’ah, sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan, berdasarkan keumuman hadits nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam: “barang siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalan tersebut tertolak”, serta dalil-dalil lain yang menunjukkan pengingkaran terhadap bid’ah dan peringatan dari perbuatan tersebut.

Imam Abu Bakar al Thurthusy berkata di dalam kitabnya Al Hawadits Wal Bida’: “Ibnu Wadhaah meriwayatkan dari Zaid bin Aslam, bahwa dia berkata: Kami tidak mengetahui satupun dari syaikh (guru) kami, ataupun dari para fuqaha’ kami yang menaruh perhatian terhadap perayaan Nisfu Sya’ban dan mereka juga mengacuhkan hadits Makhul. Mereka juga tidak melihat adanya keutamaan pada malam nisfu Sya’ban dibanding malam yang lain.”

Pernah dikatakan kepada Ibnu Abi Mulaikah bahwa Ziyad an Numairi berkata: “Sesungguhnya pahala pada malam nisfu Sya’ban adalah menyamai pahala pada malam Lailatul Qadar”, maka beliau berkata: “Seandainya aku mendengar perkataannya dan di tanganku ada tongkat, niscaya aku akan memukulnya. Ziyad itu tukang mendongeng”.

As-Syaukani , menulis dalam kitabnya Al Fawaidul Majmu’ah, bahwa hadits yang berbunyi: “Wahai Ali, barang siapa yang shalat pada malam Nisfu Sya’ban 100 rakaat, pada tiap rakaat membaca al Fatihah dan al Ikhlas 10 kali, niscaya Allah akan kabulkan setiap hajatnya...dst” adalah hadits palsu, didustakan atas nama Nabi. Para perawinya majhul (tidak dikenal, tidak diketahui ke-tsiqah-annya), hadits-hadits yang diriwayatkan dari jalan ke dua semuanya palsu, dan para perawinya majhul.

Dalam kitab Al-Mukhtashar, As-Syaukani menambahkan bahwa hadits tentang shalat pada malam Nisfu Sya’ban adalah batil, adapun hadits Ibnu Hibban dari hadits Ali z: “Jika datang malam Nisfu Sya’ban maka shalatlah pada malamnya dan berpuasalah pada siangnya” adalah hadits dhaif.

Beliau juga berkata dalam kitab Al-La’aali, bahwa hadits yang berbunyi:
Shalat seratus rakaat pada malam Nisfu Sya’ban yang dikerjakan dengan ikhlas sebanyak sepuluh kali...dst
Hadits di atas adalah palsu, dan keseluruhan perawinya majhul (tidak dikenal) dan lemah. Beliau juga berkata: “hadits shalat sebanyak dua belas rakaat yang dikerjakan dengan ikhlas sebanyak tiga puluh kali adalah hadits palsu, demikian juga hadits tentang shalat empat belas rakaat.

Ada sebagian fuqaha yang terpedaya dengan hadits-hadits ini. Seperti penulis kitab Ihya dan lainnya, juga sebagian kalangan mufassirin. Shalat malam nisfu Sya’ban ini memang diriwayatkan dengan banyak jalan. Tapi semuanya batil dan palsu.

Al-Hafidz al-Iraqy berkata: “hadits shalat malam nisfu Sya’ban adalah hadits palsu yang didustakan atas nama Rasulullah.”

Dan Imam An Nawawi dalam kitab Al Majmu’ juga berkata: “Shalat yang dikenal dengan nama shalat Raghaib, yaitu shalat dua belas rakaat yang dilakukan antara shalat Maghrib dan Isya pada malam Jum’at pertama bulan Rajab, dan shalat pada malam nisfu Sya’ban sebanyak 100 rakaat, adalah bid’ah lagi mungkar. Tidak boleh seseorang terkecoh dengan kedua shalat itu hanya karena disebutkan dalam kitab Quutul Qulub dan Ihya’ Ulumuddiin, ataupun terhadap hadits-hadits yang disebutkan pada dua kitab tersebut, karena semuanya batil. Dan hendaknya janganlah mudah percaya kepada sebagian orang yang tidak paham lalu menyamarkan hukum keduanya. Kemudian mereka menulis makalah-makalah tentang disyariatkannya dua shalat tersebut. Karena hal itu adalah suatu kesalahan.”

Syaikhul Islam Imam Abu Muhammad Abdurrahman Bin Ismail Al Maqdisy menulis sebuah kitab yang sangat bagus yang membahas kebatilan kedua shalat tersebut dengan sangat baik. Perkataan para ahlul ilmi dalam permasalahan ini sangat banyak, yang jika kami nukil satu per satu perkataan mereka niscaya pembahasan ini akan menjadi panjang, maka semoga apa yang telah kami sebutkan sudah cukup bagi siapa saja yang menginginkan kebenaran.

Dari ayat-ayat, hadits-hadits serta perkataan para ahlul ilmi yang telah disampaikan diatas, cukup jelaslah bagi para pencari kebenaran bahwa perayaan malam nisfu Sya’ban atau malam lainnya dengan shalat tertentu, dan mengkhususkan siangnya dengan puasa tertentu adalah bid’ah lagi mungkar menurut sebagian besar ulama. Ia tidak memiliki landasan dalam syari’at yang suci ini. Akan tetapi hal tersebut termasuk jenis ibadah baru yang diada-adakan sesudah masa para shahabat g.

Cukuplah bagi para pencari kebenaran dalam perkara ini untuk perpegang teguh pada firman Allah:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu” (QS. Al-Maidah: 3). Dan ayat-ayat semakna lainnya.
Juga sabda Rasulullah : “Barang siapa yang mengada-adakan suatu perkara dalam urusan (agama) kami, yang tidak ada contohnya dari kami, maka amalannya tertolak” Serta hadits-hadits lain yang semakna.

Dan dalam shahih Muslim, dari Abu Hurairah berkata: “Rasulullah bersabda: janganlah kalian mengkhususkan malam jum’at dari malam-malam yang lain dengan shalat, dan jangan pula kalian mengkhususkan siangnya untuk berpuasa, kecuali jika sebelum hari tersebut salah seorang diantara kalian telah berpuasa”

Seandainya mengkhususkan satu malam diantara malam-malam yang lain dengan ibadah itu boleh, niscaya mengkhususkan malam Jum’at itu lebih utama dari malam yang lain, karena hari tersebut adalah sebaik-baik hari, berdasarkan nash dari hadits-hadits shahih dari Rasulullah .

Tatkala Rasulullah memperingatkan agar tidak mengkhususkan malam Jum’at dari malam-malam yang lain dengan ibadah, maka hal itu menunjukkan bahwa malam-malam yang lain lebih tidak boleh lagi untuk dikhususkan dengan ibadah. Kecuali jika ada dalil shahih yang menunjukkan pengkhususannya.
Ketika pada malam lailatul qadar dan malam-malam bulan Ramadhan disyari’atkan untuk memperbanyak shalat dan bersungguh-sungguh untuk beribadah, Nabi menekankan dan menganjurkan umatnya untuk mengerjakannya, serta beliau sendiri mencontohkannya dengan ibadah yang beliau kerjakan. Ini sebagaimana termaktub dalam shahih Bukhari dan Muslim, bahwasanya beliau bersabda:
Barang siapa yang mengerjakan shalat malam Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala maka Allah akan ampuni dosa-dosanya yang terdahulu.

Dan hadits: Barang siapa yang mengerjakan shalat pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka Allah akan ampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Maka seandainya pada malam Nisfu Sya’ban atau malam Jum’at pertama dari bulan Rajab atau malam Isra’ Mi’raj disyari’atkan pengkhususannya dengan perayaan atau bentuk ibadah-ibadah yang lain, niscaya Rasulullah telah menyampaikannya kepada umatnya atau Beliau sendiri melaksanakannya. Lalu para shahabat akan menukilkan hal tersebut kepada umat ini dan tidak akan menyembunyikannya. Karena mereka adalah sebaik-baik umat dan sebaik-baik pemberi nasehat setelah para nabi.

Dari perkataan para ulama’ tadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada ketetapan apapun dari Rasulullah ataupun dari para shahabat tentang keutamaan malam Jum’at pertama dari bulan Rajab dan malam Nisfu Sya’ban. Sehingga dari situ diketahui bahwa perayaan pada dua waktu tersebut adalah perkara bid’ah yang diada-adakan dalam Islam, demikian juga mengkhususkan dua waktu tersebut dengan ibadah-ibadah adalah bid’ah yang mungkar.

Demikian halnya dengan malam ke-27 dari bulan Rajab yang diyakini sebagian orang sebagai malam Isra’ Mi’raj. Tidak boleh mengkhususkan waktu tersebut dengan ibadah tertentu sebagaimana tidak bolehnya melakukan perayaan pada waktu tersebut berdasarkan dalil-dalil yang telah disebutkan diatas. Bagaimana mungkin perkara (melakukan perayaan pada malam-malam tersebut) dikenal sebagai ajaran Islam, sementara para ulama telah mengatakan bahwa perkara tersebut tidak dikenal dalam ajaran Islam?! Dan perkataan orang-orang bahwa malam Isra’ Mi’raj jatuh pada malam 27 Rajab adalah perkataan yang batil, tidak ada dasarnya dalam hadits-hadits yang shahih.

Benarlah orang yang mengatakan, “sebaik-baik perkara adalah (perkara) yang telah dilaksanakan orang-orang terdahulu yang berada diatas petunjuk, dan sejelek-jelek perkara dalam Islam adalah perkara bid’ah yang diada-adakan”

Kami memohon kepada Allah agar memberi taufiq kepada kami dan kepada seluruh kaum muslimin agar berpegang teguh pada sunnah dan berpijak kokoh diatasnya, waspada dari hal-hal yang menyelisihinya, sesungguhnya Allah adalah Maha Baik dan Maha Pemurah.

Dan shalawat semoga senantiasa tercurah kepada hamba-Nya dan rasul-Nya, nabi kami Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarnya dan para shahabatnya.

Wassalamu'alaykum Wr.Wb;



Selasa, 24 April 2012

Husnudzon VS Su'udzon


Assalamu'alaykum Wr. Wb;

Segala puji hanya milik Allah semata. Sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasul yang tidak ada lagi Nabi setelahnya. Wa ba’du

Sesungguhnya Allah telah melarang sikap buruk sangka (su`uzhon) kepada kaum muslimin. Karena sikap itu akan menyebabkan penghinaan kepada mereka dan menimpakan bahaya kepada mereka.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.” [al-Hujurat: 12]

Jika kita mengenal orang yang menjadi obyek persangkaan, bahwa dia adalah orang yang shalih, amanah, istiqamah, memiliki agama dan ilmu, kemudian kita berprasangka bahwa dia menyelisihi apa yang kita yakini dikarenakan niat yang buruk dan hati yang rusak, maka hal ini lebih dekat kepada tuduhan nifaq dari pada tuduhan bid’ah.Telah maklum bahwa keistiqamahan, ilmu dan keshalihannya, serta upayanya dalam menyebarkan agama dan perjuangannya di jalan Allah adalah indikasi kuat yang menunjukkan bahwa tuduhan itu tidak mungkin benar, jika bukan karena niat yang buruk. Bukankah ini adalah buruk sangka yang haram?

Sesungguhnya sebab perselisihan para ulama sangat banyak sekali. Hanya saja yang paling utama adalah karena adanya kesamaran yang banyak para ulama agama ini tidak selamat darinya, yakni disebabkan karena salah penggambaran (terhadap suatu masalah -pent) atau ketiadaan pengetahuan terhadap sunnah, atau sebab lainnya. Yang mana sebab-sebab ini meniadakan adanya niat buruk pada diri para da’i dan ulama.

Seperti para da’i mulia yang tidak memiliki keahlian dalam urusan penukilan (riwayat), sedangkan mereka telah berkecimpung dalam permasalahan berbagai pemikiran. Dan untuk menghadapi perlawanan pemikiran-pemikiran modern, mereka membutuhkan bantuan dari sebagian riwayat yang ada didapati dalam warisan islam. Akhirnya (karena kurang ahli dalam urusan penukilan riwayat -pent) mereka pun mengambil perkataan sebagian imam-imam yang kurang kuat sedangkan mereka tidak sadar. Mereka telah terjatuh dalam sebagian perkara bid’ah, sedangkan mereka meyakininya sebagai burhan (bukti atau dalil) yang kuat (pasti). Dan tatkala mereka tidak memiliki kekuatan untuk berdiri sendiri dalam permasalahan akal ini, tidak juga dalam kaedah logika ataupun kode etik dalam masalah ini (bahkan sebenarnya mereka adalah orang yang hanya sekadar taklid)  maka mereka pun meyakini konsekuensi dari kaedah itu terhadap al-Qur`an, al-hadits dan perkataan para salaf. Mereka menafsirkan nash-nash yang ada dengan kaedah itu, dengan persangkaan bahwa nash-nash itu mencocoki mereka. Atau mungkin mereka berpaling dari nash-nash itu tanpa mengingkarinya, karena adanya keimanan yang menghalangi mereka dari pengingkaran; sehingga mereka pun dalam batin menyerahkan maknanya (tidak menetapkan satu makna pun -pent).

Di antara mereka, disebabkan karena kedudukan dalam dakwah yang dimilikinya, ada yang berijtihad dalam perkara-perkara yang masih bisa dinalar dan dirasakan. Sehingga dia pun melakukan kesalahan dalam perkara tersebut sebagaimana yang lainnya juga bisa tejatuh dalam kesalahan. Lalu (dalam kesalahan itu -pent) dia mencocoki ahlu bid’ah dalam sebagian prinsip-prinsip mereka yang rusak, padahal dia mengetahui nash-nash dan mencintainya. Hanya saja dia tidak memiliki pemahaman para imam sunnah (dalam masalah tersebut -pent).

Orang ini, engkau dapati dia mengagungkan al-Qur`an dan sunnah, membenci dan menjauhi ilmu kalam dan filsafat, mencintai perkataan para salaf. Akan tetapi dia tidak sadar bahwa dia mencocoki sebagian prinsip ahlu bid’ah dari kalangan ahli kalam dan sufi.

Mereka semua adalah para imam yang utama dan para da’i yang mulia di atas para pemeluk agama Islam, mereka adalah pelayan agama ini, mereka berjuang di jalan-Nya dengan harta, pena dan lisan mereka. Dan sebagian mereka adalah orang-orang yang telah mencapai puncak dalam hal perilaku dan akhlak. Hanya saja telah terjadi pada mereka apa Allah takdirkan untuk umat ini, tanpa ada niatan dari mereka untuk berbuat kesalahan, bahkan niat mereka adalah niat yang lurus dan benar. Semoga Allah mengampuni mereka dan berbuat baik kepada mereka.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam “as-Siyasah asy-Syar’iyah” berkata, “Sesungguhnya orang yang taat kepada Allah akan terbedakan dari orang yang bermaksiat kepada-Nya dengan niat dan amal yang shalih. Sebagaimana dalam Shahihain, dari Nabi – shollallohu ‘alaihi wa sallam

إن الله لا ينظر إلى صوركم ولا إلى أموالكم و إنما ينظر إلى قلوبكم و إلى أعمالكم

Sesungguhnya Allah tidak memandang bentuk rupa dan harta kalian, hanya saja Dia memandang hati dan amalan kalian.”

Sesungguhnya kita, tatkala kita melewati berbagai masa untuk kembali kepada al-Qur`an, akan kita dapati al-Qur`an menegaskan tujuan-tujuan dasar sebagai persatuan kalimat, persatuan dan kesatuan jama’ah kaum muslimin. Yaitu (kita akan mendapatinya) dari perintah untuk melaksanakan sesuatu yang bisa menghantarkan kepada penghormatan terhadap orang lain, menebarkan kecintaan dan mematikan sebab-sebab perpecahan dan permusuhan. Allah ta’ala berfirman,

وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُولٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Dan janganlah kamu suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” [al-Hujurat: 11]

Lalu kenapa kita menamai sebagian kita dengan nama-nama yang kita benci, dan kita tidak memanggilnya dengan nama yang dia ridhai. Benar, nama dibuat sebagai pengenal. Akan tetapi nama adalah yang dipilih oleh pemiliknya bukan yang dipilih oleh lawan atau musuhnya. Maka orang yang berkehendak untuk menamai dirinya dengan “as-Sunnah wal Jama’ah” atau dengan “Islam” atau dengan “Iman” mengapa kita malah menzhaliminya dengan menamainya dengan nama-nama yang dia benci. Bukankah ini termasuk panggilan dengan gelaran yang mengandung ejekan? Atau, adakah yang memberi hak kepada kita untuk menamai manusia?

Dengan kembali kepada al-Qur`an dan Sunnah, kita wajib meninggalkan segala hal yang bisa menimbulkan kebencian dalam hati dan memutus hubungan kecintaan antara kaum muslimin. Dan kita juga wajib untuk berpegang teguh dengan segala hal yang bisa menyebabkan sikap saling menghormati, menjaga nama baik, kehormatan dan perasaan. Jika ada seorang muslim yang mencela saudaranya, berarti dia telah mencela dirinya sendiri. Inilah makna firman Allah ta’ala,

وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ

Dan janganlah kamu suka mencela dirimu sendiri.” [al-Hujurat: 11]

Wassalamu’alaikum warohmatulloh wabarokatuh

Al-Jazair, 13 Ramadhan 1430 H

Mukhtar al-Akhdhor Thibawi

Sumber : http://www.almenhaj.net/makal.php?linkid=2634


Sabtu, 21 April 2012

Apa itu Hari Kartini?


Wah, Hari ini ternyata Hari Kartini ya..
Nah, kalo cewek mah ada arti khusus wat mereka, laahh kalo gue? cowok, mau ngapain di Hari Kartini? Pake Kebaya? Azzz.. gak bisa bayangin kalo gue pake kebaya.. Hwakakaka..

Lah, daripada bingung ngurusin gue pake kebaya, mending kita cari tau tentang Hari Kartini. Nah, kebetulan gue ada info sedikit nih.. Cekidot..

Raden Adjeng Kartini merupakan seorang Pahlawan Nasional Indonesia sebagai pelopor perjuangan kaum perempuan, simbol persamaan gender, emansipasi wanita.

Raden Adjeng Kartini merupakan putri dari golongan bangsawan jawa yaitu Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang Bupati Jepara. Kartini lahir di Jepara, pada tanggal 21 April 1879 dan meninggal pada tanggal 17 September 1904 di Rembang.

Keluarga Raden Adjeng Kartini

Habis Gelap Terbitlah Terang ( Door Duisternis tot Lich ) merupakan sebuah buku kumpulan surat-surat Kartini yang di kirimkan kepada sahabat-sahabatnya di Belanda. Buku tersebut merupakan bukti begitu besar keinginan seorang Kartini untuk melepaskan kaumnya dari diskriminasi yang sudah membudaya pada zamannya.

Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya sebagai pelopor kebangkitan perempuan, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 21 April sebagai hari lahir Kartini dan sekaligus juga menetapkan Raden Adjeng Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang di peringati setiap tahun. Dan sekarang di kenal dengan Hari Kartini.

Mati satu tumbuh seribu. Kartini mungkin sudah tiada, namun semangat juangnya tidak boleh padam begitu saja.
Maju terus para Kartini muda !!

Lah kalo gue apa donk??
Maju terus para Kartono muda !!
Azz.. Janggal -,-
Gak gak bercanda, wkwkwk..

Oke sob.. Semoga dengan Hari Kartini ini, kita semua bisa refleksi dari perjuangan R.A. Kartini. Yang cewek jadi tambah semangat n yang cowok juga gak boleh kalah semangat donk, hhe..





Jumat, 20 April 2012

Jawa vs English


[TERBUKTI] 
Jawa VS English..
bahasa jawa jauh lebih efisien dari bahasa inggris...!!!...
mkanya jng sok Britishhhh ...hahahahaha

1.  walk slowly on the edge (side) of the road.
     (mlipir)
2.  fall backward and then hit own head
     (nggeblak)
3.  Ugly expressions because of pushing something out (in the toilet)
     (ngeden)
4.  got hit by a truck that is moving backward
     (kunduran trek)

5.  talk too much about unimportant thing
     (cangkeman)
6.  smearing one's body with hot ointment or liquid and then massaging it
     (mblonyo)
7.  going without notice/permission
     (mlethas/ minggat)
8.  walking without using anything
     (nyeker)
9.  taking the longer way to get to the destination
     (ngalang)
10. riding an old bicycle
      (ngonthel)
11. falling/ tripping forward (and may hit own face)
      (kejlungup)
12. side effect after circumcision
      (gendhelen)
13. a small, sharp thing embedded inside one's skin
      (susuben/ ketlusupen)
14. spending a lot of time doing nothing
      (mbathang)
15. feeling uncomfortable because there is something that smells bad
      (kambon)
16. things getting out from a container accidentally because of gravity
      (mbrojol)
17. get hit by finger into the eyes
      (kecolok)
18. wrong sleep (head) position making the veins become neck pain
      (tengeng)
19. get farting from someone
      (kentutan)
20. do not have brain in the head
       (pekok/ kenthir)
21. get hit by thing collapsing on top of one's head/ body
      (kambrukan/ kembrukan)
22. drinking straight from the bottle without using glass, where whole bottle tip gets into the mouth
      (ngokop)
23. cannot open eyes because something is shining very bright
      (blereng)
24. cannot hold bowel movement
      (ngebrok)
25. something coming out from one's rear end little by little
      (keceret/ kecirit)
26. hanging on tightly to something in order to be inert
      (gondhelan )
27. falling/ tripping accidentally because of a hole
      (kejeglong)
28. doing something without thinking about the consequences
      (cenanangan)
29. being overly active carelessly
      (pecicilan/petakilan)
30. feeling unwell because of cold temperature
      (katisen)
31. making too much noise, disturbing other people's sleep
      (mbribeni)
32. tripping over accidentally caused by wires, cloths, gowns etc.
      (kesrimpet)
33. being alone (or with a companion) in the corner of a place/ room doing something suspicious
      (mojok)
34. pretend to be poor/ no money
      (ngere)
35. feeling dirty/afraid of something
      (nggilani)
36. pretend to be homeless, no money and never take shower
      (nggembel)
37. a pyroclastic cloud that came out from a volcano
      (wedus gembel)
38. Laughing Out Loud
      (ngakak)
Hwakakaka...
#copas dari temen, hhe..



Selasa, 27 Maret 2012

Iklan dalam Perkuliahan


*copas dari temen

1. Ingin kuliah lancar? Minum VEGETA setiap hari

2. Ingin skripsi lebih selesai dgn cepat? Pake MOLTO ULTRA sekali bilas

3. Mau cepet ngerjain soal UAS ? Pake RINSO kekuatan 10 tangan!

4. Dosen: kertas UAS kamu kenapa kosong? | mahasiswa: pake BAYCLEAN, kertas putih seperti baru!

5. Sayangi IP-mu!! GARNIER

6. Pak, katanya cuman 4 soal, kok ini jadi 5 | Satu lagi dari MAYORA….

7. Jawaban ujian bocor ? pake NODROP, pelapis soal anti bocor

8. PA (Pembimbing Akademik): nilai kamu kenapa C semua? | mahasiswa: saya minum UC1000, mengandung 100% nilai C!

9. Dosen: gimana uasnya? | Mahasiswa: MAMAMIA LEZATOS

10. Skripsi mampet? Ya DIAPET

11. skripsi BAB 4 trsendat? minum VEGETA, BAB lancaaaar….

12. Dipanggil KaJur karena bermasalah? SARIWANGI, mari nge-teh mari bicara

13. Dosen : Kamu nyontek ya?!?!?! | mahasiswa : Cuma REJOICE kok

14. Maaf bapak telat | emang darimana pak? | dari TELKOMSEL

15. Ini jawaban punya siapa..? | Punya INDOSAT

16. Jadwal kuliah ketat? Minum WRP aja. Sure u can do, a healthy schedule

17. IP turun? Jangan khawatir, Pake KOZUI SLIMMING SUIT, mengencang IP sehingga naik 2 cm.

18. Kamu habis UAS ya? | Engga kok, cuma pake shampoo.

19. Maaf pak boleh bicara sebentar? | Bicara 30 menit hanya bayar 6 menit.

20. Mahasiswa : Pak, IP saya berapa? | Dosen : 2,4 | Mahasiswa : Kalo 3,4 boleh gak pak ? | Dosen : Jangan ditawar (pingsan)

21. IP-mu mengalihkan duniaku

22. UAS dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin

23. Eh, ada gak sih yang lebih bagus dari pak Z kalo ngasi nilai? | Yang lebih bagus ? Yang lebih mahal, banyak.

24. Kok nilai IP gue tinggi ya ? Karena otak ga pernah bohong

25. Bebas tugas, bebas memilih IP, bebas kapan mau lulus. MAU? hanya di tri

26. Banyak kata kerja dalam kamus bahasa Indonesia | nyontek, ngulang, ngebet, nongkrong, ngekost, molor, bolos, ujian, nonton

27. (di ruang rektorat) A : Permisi, Pak Rektornya ada ? | B: Lagi keramas

28. Mahasiswa cowok: Bu, kok nilai UTS saya cuma dapat 30 ? Kecil banget ? | Ibu dosen: karena cowok suka yang minim

30. Besok UAS tapi nggak belajar?? APA KATA DUNIA ??

31. dapet E ?! Enjoy Aja

32. Dosen: kenapa milih saya jadi pembimbing kamu? | Mahasiswa: Ga ada loe ga rame !

33. Nggak ada UAS, Ya nggak belajar

34. Mengulang kuliah itu hal biasa, life is never flat

35. Dek, mau coba kerjain soal uas saya gak? | Gak ah bang, buat anak kok coba-coba

36. Sesudah UAS berasa healthy inside fresh outside #UC1000

37. Bimbingan putus-putus? Kami ganti

38. Begitu tau dosen ga masuk itu, kaya ngebelah atmosfir berlapis-lapis, Menuju rasi bintang paling manisss….

39. Dosen: Apa susahnya dapet A, masuk ga pernah, UAS ga pernah. Mahasiswa: Aku ga punya KRS!

40.Cara supaya kita deket sama dosen? | dilihat, diraba, diterawang.

41. UAS – connecting people

42. Kok suka banget sih duduk paling depan? | Ya dong, soalnya kursi ini anti kerut anti bocor

43. UAS duduk di depan: Terdepan Mengabarkan

44. Cewe: Yank, Aku nggak kuat hafalin kisi kisi UAS | Cowo: Tinggal lep… Tinggal lep…

45. Dosen: kita ga jadi quiz. Mahasiswa: I’m lovin it

46. Punya masalah dengan nilai UAS !| PEGADAIAN *mengatasi masalah tanpa masalah*

47. Yang ini ngulang…. Yang ini enggak..

48. Dosbing: Kenapa sih kamu kalo nulis skripsi kayak curhat begini? | Mahasiswi: karena wanita ingin dimengerti

49. Santai belum lengkap tanpa SeKRIIPSIII….

50. IP gue kecil banget, nih. Elo gimana? | Gede sih, tapi, rela bagi-bagi ?

51. Pikiran pecah-pecah gara-gara Skripsi? Ademkan dengan ADEM SARI.

52. Anak ibu IP-nya rendah? Oooh tentu tidak, kan udah minum COMBANTRIN

53. Males kuliah dan bolos terus? STOP dengan ENTROSTOP

54. Nilai saya 4 ! Mau seperti saya, berlatih keras dan makan sosis SO NICE!

55. Mau kuat waktu ditanya pas sidang skripsi? Pake MITO! Handphone nya Master Limbad.

56. Ngantuk di kala dosen mengajar? Tuntaskan dengan KALPANAX.

57. Gak nyaman ngerjain UAS ? makanya pake aki GS ASTRA, nyamannya ekstra

58. Ingin jawaban UAS berbobot? Minum L-Men! Trust me, it works.
...